Lebih dari satu tahun yang lalu, sistem pengangkatan air bertenaga surya atau biasa dikenal dengan PATS telah beroperasi penuh mengairi 105 kepala keluarga di padukuhan Banyumeneng I, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul D.I. Yogyakarta. Sistem ini menggunakan 2 unit pompa subsmersible tipe PS-4000 dengan total daya input sebesar 8.000 Wp yang dipasok dari 80 buah sel surya berdaya 100 Wp perunitnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari warga, sejak bulan Agustus lalu salah satu pompa mengalami kerusakan, hal ini mengakibatkan pasokan air yang masuk ke bak-bak penampungan warga menurun sehingga memaksa warga untuk kembali berhemat dalam menggunakan air. Kerusakan pompa tersebut diakibatkan oleh banjir yang disertai lumpur ketika dusun tersebut diguyur hujan deras selama beberapa hari. Lumpur yang ikut terbawa air akan mengalir ke hilir dan mengendap tepat di posisi pompa tersebut berada. Meskipun sudah diantisipasi dengan adanya rumah pompa dan pintu air, namun air yang bercampur lumpur tetap akan tersedot masuk ketika pompa dijalankan dan lambat laun endapan lumpur akan menyumbat helical rotor sehingga menyebabkan kerusakan.
Pada tanggal 17 Oktober lalu, Enerbi bersama dengan seorang teknisi dari mitra kerja mencoba untuk datang untuk melihat langsung kondisi di lapangan. Pada umumnya, sistem PATS ini dapat dibagi ke dalam 2 sub-sistem, yakni sub-sistem PV dan sub-sistem pompa. Pengecekan sub-sistem PV dilakukan melalui pengukuran tegangan (VOC) pada box controller. Normalnya, untuk susunan panel berupa 10 seri dan 4 paralel, tegangan optimum yang dihasilkan sebesar ±119 V , dan data hasil pengukuran didapat sebesar 112,7 V, sehingga dapat dikatakan bahwa sub-sistem PV masih berjalan dengan baik. Dilanjutkan dengan mengecek sub-sistem pompa, dan terlihat langsung bahwa pompa tidak dapat memompa air meskipun telah diberi daya, sehingga perlu dibongkar. Pembongkaran pompa berlangsung selama ±30 menit dengan mencoba memisahkan antara bagian helical rotor dan motornya. Didapati endapan lumpur yang sangat banyak pada bagian mulut selongsong yang menyelubungi helical rotor sehingga menghambat putaran dari helical rotor.
Setelah mengetahui letak kerusakan sistem, maka bagian helical rotor pun segera diganti dengan sparepart yang telah dibawa. Setelah dilakukan pengujian, pompa sudah kembali berjalan dengan baik. Saat dilakukan monitoring performance selama 1 jam, lalu kami bandingkan antara pompa yang baru dan lama, terlihat bahwa pompa baru mampu menghasilkan debit air 2,1 m3/jam, sedangkan pompa lama hanya mampu menghasilkan debit air 1,5 m3/jam. Faktor yang mempengaruhi turunnya performa pompa lama ini adalah karena adanya endapan material padat, baik itu pada rumah pompa maupun di dalam pipa distribusi, kami menyarankan kepada pengurus PATS setempat agar dapat melakukan pembersihan di kedua bagian tersebut sehingga umur dan performa pompa terjaga.
(Bimo)